Semangat Jurnalisme Yang Melegenda
Aku yakin kamu sudah tak asing lagi dengan istilah jurnalistik atau jurnalisme. Kedua istilah tersebut erat hubungannya dengan pers, wartawan, jurnalis, berita, informasi, aktual, fourth estate dan sebagainya. Alhamdulillah, hal-hal tersebut sempat aku pelajari dalam matakuliah Pengantar Ilmu Jurnalistik pada semester dua yang lalu.
Sekadar berbagi ilmu dan pengalaman, istilah jurnalistik atau jurnalisme berasal dari kata jurnal yang berarti catatan harian. Kegiatan yang mencakup jurnalistik ialah mengumpulkan, mengolah, meinterpretasikan, menyajikan, menyimpan, hingga menyebar-luaskan informasi yang bernilai berita, alias penting, bagi orang banyak.
Pada awal perkembangannya, kegiatan jurnalistik dimulai ketika Julius Caesar menuguskan bawahannya untuk membuat semacam pengumuman mengenai kegiatan dan informasi kerajaan kepada masyarakatnya. Pengumuman ini dicetak secara gratis dan dikonsumsi masyarakat melalui semacam majalh dinding gitu. Catatan-catatan pengumuman ini disebut acta diurna dan disebut sebagai kegiatan jurnalistik pertama. Acta diurna kemudian terus berkembang hingga menjadi jurnalistik yang kita kenal sekarang.
Jurnalistik pada awalnya berkembang di tanah Eropa. Ketika Johannes Gutenberg berhasil membuat mesin cetak logam pertama, kegiatan jurnalistik, khususnya di media cetak seperti surat kabar, semakin berkembang. Meski demikian, ilmu jurnalistik lebih berkembang pesat di Amerika.
Itulah secuil tentang jurnalistik yang insyaAllah dapat menambah pemahaman kamu, walau sedikit, tentang jurnalistik. Sebenarnya, bila aku tuliskan semua dari mulai sejarah, proses perkembanga, media jurnalistik, hingga ke jurnalistik modern saat ini seperti citizen journalism, akan sangat panjang tulisan kali ini. Bisa jadi buku. Maka dari itu, sebagai gantinya, aku akan menyuguhkan sebuah film yang akan membantu kamu untuk lebih memahami siapa itu yang disebut jurnalis, apa pekerjaannya, bagaimana dia bekerja, mengapa dia menjadi seorang jurnalis, dan di mana ranah kerjanya.
Veronica Guerin (Diangkat dari kisah nyata)
Disebabkan tidak tersedianya film Veronica Guerin di Youtube maupun situs lain yang menyediakan jasa embed video, maka dengan sangat disayangkan saya hanya bisa memberikan link ke film tersebut. Tak perlu khawatir, pada link berikut aman dan utuh satu film.Caranya cukup klik link-nya, lalu klik "Watch as free user", kemudian klik "Watch video now". Abaikan semua jendela bukaan baru atau tab baru yang terbuka. Selamat menyaksikan~ :)
Tonton di sini! / Watch here! |
Anyway, aku mau berbagi pandangan sedikit nih tentang film yang satu ini. Berikut #Persepsi aku tentang jalan cerita dan apa yang disuguhkan dalam film Veronica Guerin yang rilis pada 2003 lalu. Karena bukan bertujuan meresensi film ini, maka tak ada hal-hal teknis dari film ini yang akan aku komentari.
***
Dunia kewartawanan yang diangkat film Veronica Guerin amat keras. Seorang wartawan bertanggung jawab penuh, baik secara moral maupun hukum terhadap setiap tulisannya. Berdasarkan apa yang Guerin alami, seorang wartawan harus mengecek validitas atau keabsahan informasi dari siapa pun sumbernya.
Konsekuensi menjadi seorang wartawan mungkin akan mendatangkan teror baik pada diri sendiri maupun keluarga. Namun profesi tersebut berkomitmen mengutarakan kebenaran. Dengan begitu, seorang wartawan tidak dapat berhenti menulis. Bila mengusut sebuah kasus namun tidak menuliskannya, hal tersebut seperti menggali liang lahadnya sendiri. Meski begitu, rambu-rambu kode etik jurnalistik yang berlaku harus dipatuhi agar tidak terjerat masalah hukum atas tulisannya.
Kekuatan wartawan terletak pada tulisannya. Wartawan seperti Veronica Guerin menjadi disegani teman-teman seprofesinya karena tulisannya yang tegas pada kasus yang jarang diangkat media arus utama. Wartawan dapat mengangkat suatu tindakan atau keadaan yang terkubur dalam masyarakat menjadi konsumsi publik untuk mengetahui keberadaanya. Sehingga, banyak pelaku kriminalitas amat awas terhadap keberadaan wartawan seperti koruptor dan pengedar narkoba. Berita yang mereka tulis dapat menjadi rujukan bagi pihak kepolisian.
Wartawan harus dapat bergaul dengan siapa saja. Hal tersebut akan sangat membantunya dalam menggali informasi. Dalam film Veronica Guerin, Guerin bergaul dengan detektif polisi maupun mantan kriminal. Dia juga tidak segan bergaul dengan aktivis maupun orang yang ditemuinya di pinggir jalan walau sekedar meminta pendapat terhadap suatu kasus.
Berjiwa baja dengan pemikiran kritis menjadi hal lebih yang dibutuhkan seorang wartawan. Siapa sangka ketika hendak bermalam natal bersama keluarga, seseorang menembak kaki Guerin. Namun selama masih sadar, berhenti menulis bukanlah pilihan bagi seorang wartawan seperti Guerin.
Wartawan yang mendapatkan teror atas apa yang ditulisnya dapat saya katakan sebagai wartawan sukses. Teror tersebut mengindikasikan, tulisannya mengandung kebenaran dan amat ditakuti pelakunya bila sampai namanya diketahui publik dan polisi. Berdasarkan etika jurnalistik, wartawan belum dapat menuliskan nama seorang pelaku kriminal sebelum diputuskan oleh hukum bahwa ia adalah pelakunya.
Sosok Veronica Guerin membuka pandangan saya lebih luas terhadap dunia jurnalisme. Semangat jurnalismenya perlu dicontoh oleh wartawan Indonesia. Umumnya media arus utama tanah air yang mudah ‘latah’ terhadap suatu kasus. Tidak banyak media arus utama mengangkat kasus maupun informasi kemanusiaan secara independen.
Jurnalisme investigasi Veronica Guerin belum subur Indonesia. Padahal menurut saya, bila memang sosok Guerin tersebut ada pada beberapa wartawan Indonesia, kasus korupsi dapat lebih banyak lagi terungkap. Kasus penyelundupan narkoba tidak lagi menunggu penggerebekan polisi. Permainan politik kotor lebih banyak terungkap. Sehingga wartawan dapat menjadi tumpuan masyarakat dalam mendapatkan informasi yang benar sebagaimana fungsinya sebagai pilar keempat demokrasi negeri ini.
***
Tulis Komentar