Tiga Alasan Jangan Menggunakan Web Hosting




Assalamualaikum,

Setelah sekitar dua tahun saya hijrah dari Blogspot ke Wordpress.org menggunakan hosting berbayar, bulan ini akhirnya saya perlu mereview kembali keputusan dan performa saya dalam perjalanan ini. Alasannya sederhana, saya memiliki prioritas baru yang mengambil porsi anggaran tahunan saya untuk website pribadi ini, AdrianHazmi.com.

Setelah beberapa hari mengkaji ulang tujuan, pelaksanaan, dan hasil yang telah dicapai selama ini, saya mempertimbangkan kembali untuk menggunakan Blogspot atau Wordpress.com dan mengakhiri layanan Web Hosting saya. Saya menyadari ada tiga hal yang perlu diperhatikan dan mungkin bisa membantu kamu yang masih galau mau upgrade ke Web Hosting atau stay dengan Blogspot/Wordpress.com. Berikut ini saya rangkumkan dalam tiga alasan jangan menggunakan web hosting bagi kamu yang masih galau.

Sebelumnya bagi yang belum tahu, Web Hosting merupakan layanan berbayar dengan fitur dan kapasitas tertentu yang digunakan untuk menyimpan sebuah website. Dengan menggunakan Web Hosting kamu memiliki kendali penuh atas websitemu, mulai dari umur, tampilan, fitur, keamanan dan privasi, kapasitas ruang penyimpanan, hingga kemampuan memperoleh penghasilan. Kalau kamu pernah mencari tahu atau membaca alasan kenapa perlu web hosting pasti kamu sudah tidak asing lagi dengan poin-poin tersebut. Namun menurut pengalaman saya ada tiga alasan kamu belum perlu web hosting.

1. Bukan untuk bisnis

Dengan segala keunggulan yang ditawarkan dari sebuah website menggunakan web hosting sendiri, kita tidak sepenuhnya membutuhkan itu semua jika tujuan website kita bukan untuk bisnis. Kalah tujuan websitemu untuk profesional portofolio dan/atau blogging, Blogspot atau Wordpress.com masih cukup banget. Kata kuncinya cukup ya. Kalau mau yang 'wah' tentu perlu web hosting, di sini letak kebebasanmu.

Cukup yang bagaimana? Cukup masih bisa diakses menggunakan nama domainmu sendiri, orang masih bisa dengan mudah menemukanmu, masih bisa melakukan update portofolio dan artikel, masih bisa upload foto, masih bisa pilih tema/template, masih bisa kostumisasi tema/tempalate, dan masih bisa menghubungkan websitemu ke berbagai sosial media yang kamu miliki. Segala kebutuhan dasar website yang kamu perlukan untuk membangun website portofolio dan/atau blog masih terpenuhi.

Beda halnya dengan website untuk bisnis, kamu tentu akan memerlukan fitur-fitur tertentu yang tidak ada di Blogspot/Wordpress.com seperti keranjang belanja, user login dan signup, sistem pembayaran, megamenu, email profesional, dan sebagainya. Asal kamu ada usaha dan meluangkan waktu untuk belajar utak-atik website dan mencari tema/template yang sesuai, baik Blogspot maupun Wordpress.com kamu masih bisa tampil profesional dan mengantarkan ke tujuanmu.

Lalu bagaimana soal kepemilikan website kita? Jika tujuannya untuk blogging dan profesional portofolio, saya melihat sebenarnya menggunakan Blogspot/Wordpress.com untuk membangun website kita tak ubah seperti kita menggunakan Twitter, Instagram, atau LinkedIn. Kita sama-sama menggunakan layanan pihak ketiga di mana tidak ada jaminan mereka akan terus ada selamanya dan data kita disimpan (mungkin juga digunakan) oleh mereka.

Bedanya ketika kamu punya website pribadi (walaupun tidak menggunakan Web Hosting) orang tidak perlu masuk dulu ke website atau aplikasi platform tersebut untuk mencari kamu. Mereka juga tidak dihadapkan pada beberapa akun yang mungkin memiliki nama yang mirip denganmu. Selain itu kamu masih bisa mengatur apa dan bagaimana kamu mempresentasikan karyamu. Ketika suatu hari nanti platform tersebut tutup (seperti Path, Vine, Friendster, Myspace, dsb), kamu tinggal mengunduh backupnya kemudian unggah di platform lain.

Hal tersebut tentu tidak mudah dilakukan jika tujuan websitemu untuk bisnis. Ketika tujuannya untuk bisnis, tentu masalah keamanan dan privasi serta umur penyedia website akan mencuat. Setelah investasi banyak di sebuah platform dan membangun sebuah sistem, akan sangat tidak nyaman jika platform tersebut tutup dan harus pindah ke platform lain. Dengan menggunakan web hosting, jika provider hosting kamu bangkrut, kamu tinggal minta backup-nya kemudian upload di provider hosting lain. Tidak ada pengaturan ini-itu lagi, website kamu bisa langsung jalan seperti sebelumnya. Semakin praktis karena kebanyakan provider hosting memberikan layanan support yang siap membantu.

2. Jarang Update

Kalau kamu masih jarang merilis sesuatu yang baru ke websitemu sebaiknya tidak perlu menggunakan web hosting dulu. Coba review kembali dalam setahun terakhir berapa postingan yang sudah kamu rilis. Lihat apakah postingan-postingan tersebut banyak memakan kapasitas memorimu. Wordpress.com dan Blogspot memiliki kebijakan pengguna hanya memiliki kapasitas tertentu untuk layanan gratisnya. Kamu bisa pertimbangkan berbagai alternatif agar penggunaan kapasitas website kamu tidak membengkak, misalnya dengan menggunakan google photos dan youtube untuk jadi server gambar dan videomu.

Namun jika kamu memang merasa butuh banget kapasitas memori yang lega dan website kamu tidak bisa jalan tanpanya, maka memang sudah waktunya kamu upgrade ke Web Hosting. Pilih kapasitas memori yang paling pas buat kamu.

Jarang update ini perlu jadi pertimbangan karena jika kita sibuk lalu jarang update, tanpa disadari tulisan kita akan terasa mahal biayanya agar dapat rilis. Misalnya setahun kamu keluar anggaran 300 ribu untuk Web Hosting dan domain, tapi dalam setahun itu kamu hanya merilis 3 tulisan. Berarti biaya agar 1 tulisanmu bisa ada di internet 100 ribu. Waduh. 😂

Makanya saya beberapa kali melakukan riset google mencari provider Web Hosting termurah. Karena saya pribadi jarang menulis artikel dan tidak banyak menggunakan memori hosting. Dalam penggunaan saya dua tahun ini, saya hanya menggunakan 122 MB (saat tulisan ini dibuat) dari kapasitas 300 MB yang ditawarkan Domainesia pada paket Lite-nya dengan hanya 88 ribu per tahun, udah kayak beli kuota internet aja haha. Sayangnya paket ini sudah tidak dilanjutkan lagi oleh pihak Domainesia pada Juli 2019 lalu. Saya belum menemukan paket hosting semurah ini lagi.



Disk Usage AdrianHazmi.com, irit banget ya haha 😂

3. Belum ada revenue


Berkaitan dengan poin pertama dan kedua, kalau kamu belum punya revenue atau penghasilan dari website kamu yang bisa dianggarkan untuk biaya hosting, sebaiknya hindari menggunakan Web Hosting dulu. Jika kamu jarang update dan mengandalkan penghasilan dari pekerjaan di luar website atau pekerjaan yang didapat dari portofolio websitemu, maka udah pakai Blogspot/Wordpress.com aja dulu yang gratis.

Toh penghasilan kamu itu udah kepotong anggaran tahunan untuk domain pribadi kan? Lebih baik daripada mempersulit diri dengan menambah anggran untuk hosting, uangnya dipakai untuk produksi konten aja. Jalan-jalan ke mana gitu atau cobain gadget baru atau coba bikin projekan baru, terus bikin review atau tampilin hasilnya di websitemu. Itu akan lebih bermanfaat untuk traffic kunjungan websitemu jangka panjang.

Lalu pilih Blogspot atau Wordpress.com nih?

Untuk kembali menggunakan website gratisan, hal pertama yang saya cari tahu terlebih dahulu adalah ada berita atau desas-desus di tahun 2019 ini salah satunya akan tutup atau tidak, hahaha. Setelah dua tahun menggunakan web hosting memang kerasa banget tenang di bagian ini. Saya menjadi tidak tenang ketika memilih yang gratisan karena khawatir minat ngeblog netizen udah pada turun. Kecenderungan yang saya amati orang lebih suka jadi Youtuber ketimbang blogger. Bukan khawatir ada yang baca apa enggaknya, lebih ke khawatir ini platformnya masih akan ada lama apa enggak kalau peminat atau penggunanya sedikit, wkwk.

Berdasarkan penelusuran saya di google, belum ada desas-desus akan tutup nih keduanya. Tapi ada satu artikel yang menyinggung bahwa Wordpress.com sejauh ini yang paling update dengan sistemnya. Iya juga sih, Wordpress.com dulu sama sekarang udah beda interface untuk penulisan artikelnya. Ada lah yang berubah. Sedangkan Blogspot dari sejak saya tinggal sampai sekarang masih gituuu aja sama, simpel, tidak ada yang berubah atau bertambah fiturnya. Website resmi blogspot, blogger.googleblog.com juga udah lama banget ga update. Ini jadi satu poin plus bagi Wordpress.com menurut saya.

Saya tidak mengatakan Blogspot jelek atau akan punah ya. Saya tidak tahu tentang hal itu. Karena saya kenal beberapa orang yang menggunakan Blogspot udah sepuluh tahun masih aktif dan lancar saja karir bloggingnya. Hanya saja jika pihak penyedianya masih terlihat peduli dengan produk layanannya, saya merasa ada satu nilai plus di situ.

Untuk menentukan Blogspot atau Wordpress.com yang akan digunakan, saya melakukan sebuah tes. Hal ini karena berbagai artikel di google yang ditemukan saya rasa masih belum praktis dan pada akhirnya bilang dua-duanya bagus. So, lebih baik dites saja. Bagus kata mereka kan belum tentu bagus bagi saya.

Tahap pertama dari tes ini adalah mencari tema/template yang desainnya sesuai dengan tujuan saya. Ada yang unik dari hasil tes ini. Blogspot memiliki banyak banget pilihan template gratis di internet yang bisa kita langsung download dan terapkan. Sedangkan Wordpress.com hanya ada seratus sekian tema yang tersedia di menu tampilannya. Kita tidak bisa download tema gratis di luar Wordpress.com karena hal ini akan memerlukan sebuah layanan hosting.

Meskipun demikian, saya cukup sulit menemukan template Blogspot yang oke, terlihat cukup profesional, dan sesuai dengan tujuan website saya. Saya sampai menyisihkan satu-dua hari untuk cari template doang. Ada yang terlihat profesional tapi tidak banyak. Dari yang ada itu, saya belum menemukan yang sesuai. Rasanya mereka seperti mengulang-ulang template yang lama dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan Wordpress.com walau terbatas temanya, entah kenapa ada satu tema dan hanya satu tema yang menurut saya cocok. Tema ini lah yang saya pakai saat tulisan ini dibuat.

Tahap kedua dari tes ini adalah kostumisasi tema/template yang dipilih dan mencari tahu mana yang dapat memberikan hasil terbaik. Ada beberapa komponen yang saya coba kostumisasi, di antaranya:
  1. Header (tata letak nama website, tagline, logo, background header)
  2. Navigation menu (tata letak, penampilan, kemudahan edit)
  3. Fitur unggulan tema/template tersebut sesuai tujuan (featured post, recent works, hero content, dsb)
  4. Sidebar (agar terlihat profesional perlu menghilangkan sidebar)
  5. Menyembunyikan tampilan tag, kategori, tanggal, dan author.
  6. Footer widget and text
  7. Social Media menu
  8. Tampilan di layar smartphone
Dari tes tersebut kemampuan kostumisasi Blogspot dan Wordpress cukup berbeda. Untuk beberapa komponen seperti background header. sidebar, tampilan tag dkk perlu sedikit utak-atik di HTML/CSS templatenya sedangkan Wordpress.com menyediakan interface yang lebih mudah tanpa edit HTML/CSS. Overall akhirnya saya coba menggunakan Wordpress.com untuk beberapa hari. Hasilnya tidak ada yang menyulitkan bagi saya, tampilannya meski tidak sesederhana Blogspot tapi masih cukup mudah digunakan.

Tapi itu berdasarkan pengalaman saya ya. Sebaiknya kalau kamu juga masih bingung antara Blogspot atau Wordpress.com, kamu cobain bikin website kamu sampai jadi di kedua platform itu dan rasakan pengalaman penggunaannya. Mana yang paling sesuai dengan tujuan kamu pilih yang itu. Kalau sulit bisa belajar, kalau ga nyaman nanti juga terbiasa.

Semoga sharing pengalamanku ini bermanfaat bagi at least satu orang pembaca di luar sana. Kalau kamu ada pengalaman atau pemahaman lain terkait topik ini share yaa di kolom komentar. Siapa tahu kalian menginspirasiku untuk sesuatu yang lebih baik. Terima kasih 😊

Wassalamualaikum.

Update 3 November 2019:
Setelah saya yakin dan situasinya siap untuk pindah ke Wordpress.com, ketika hendak menambahkan domain adrianhazmi.com ke pengaturan url Wordpress.com saya menemukan layanan ini memerlukan biaya tambahan berupa biaya berlangganan tahunan yang cukup tidak sedikit. Sehingga saya memutuskan untuk kembali menggunakan Blogspot agar anggaran tahunan saya hanya untuk perpanjangan domain haha 🤣
How do we remove /? M=1 from Blogspot blog? The best answer.