BELAJAR REPORTASE BARENG DIMASTA ARDAN RADIO

Assalamualaikum, Lovely People!

DJ ARIE School kembali mempertemukan saya dengan orang-orang hebat di bidang broadcast nih. Kali ini saya ketemu dan berguru tentang ilmu reportase langsung dari Kak Dimasta ARDAN Radio.


Penyiar bernama lengkap Dimas Tri Aditiyo ini bergabung dengan Ardan Radio pada tahun 2009. Sederet program siaran yang dibawakannya menjadi program favorit di radio yang terletak di Jl. Cipaganti 159, Bandung, tersebut. Misalnya program Cipaganti (Cinta Pagi di Bandung City), Nightmare Side, Konci (Konflik Cinta), I.D.I.H (Iqbal, Dimasta, Haried), dan Hegarmanah (Heboh, Segar, Ngeunah).

Meski seorang lulusan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang pada awalnya tidak berminat di bidang broadcast, ketika masuk DJ ARIE School Kak Dimasta mulai tertarik dengan dunia broadcast. “Jadi apapun latar belakangnya, siapapun bisa jadi penyiar asalkan memiliki basic-nya,” ujar Kak Dimasta di kelas DJ ARIE School Sabtu, 17 Desember 2016 lalu.

Pada sesi kelas tersebut, Kak Dimasta membagikan pengalamannya dan juga materi terkait Reportase. Reportase atau yang kegiatannya sering disebut liputan merupakan kegiatan untuk melaporkan sesuatu, laporan pandangan mata. Apa yang kamu lihat, itu yang kamu ceritain. Misalnya laporan kemacetan, laporan demontrasi, dan sebagainya.

Laporan pandangan mata basic-nya adalah story telling. Ini sebenarnya sering kita semua lakukan tanpa sadar. Misalnya curhat ke teman.
“Gila, cewek lo sekarang udah jalan sama cowok lain.”
“Gimana?”
“Wah parah deh pokoknya. Masih cakepan lo. Tingginya segini..  rambutnya segini.. “
“Terus.. terus?”
“Terus lo tau ga yang paling jijik apa? Dia jalan sambil pegangan tangan, terus dia cium keningnya di tengah banyak orang yang ngeliatin, abis itu makan es krim disuapin gitu”

Nah curhat seperti itu bisa detail diceritakan karena kamu lihat sendiri kejadiannya. Selain itu, menceritakan film yang udah kamu tonton juga merupakan bentuk reportase sehari-hari. Kamu bisa ceritain wujud fisik karakternya, alur ceritanya, apa yang mereka lakukan, semua merupakan laporan atas apa yang kamu lihat.

Gimana caranya berlatih story telling?

Kak Dimasta memberikan latihan pertama kepada kami untuk bercerita selama 1 menit.  Agar pas 1 menit, tempo, intonansi, dan sequence ceritanya perlu diatur. Jadi cerita 1 menit tidak harus ngomongnya cepat. Ceritanya bebas, apa yang pernah kamu alamin, yang pernah kamu lihat, event yang pernah kamu ikuti, cerita kamu ketika di kelas, cerita pas masa orientasi, cerita waktu lagi ngerjain tugas, apapun bisa diceritakan. Bahasanya ngga usah baku, santai aja kayak ngobrol sama teman. Ceritanya harus tamat dalam 1 menit itu. Jadi ada opening – isi – closing.

Dari latihan pertama ini, banyak banget peserta yang kesulitan ngepasin ceritanya supaya 1 menit. Wajarlah. Ada yang cerita tentang seminar yang pernah diikuti, rencana perjalanan hiking, pengalaman kena cacar air yang bikin ga bisa ikut ujian akhir semester, pengalaman ditabrak mobil pas macet-macetan, pengalaman ketemu Young Lex, cerita perjalanan ke vila bareng angkatan #DJARIE145, ngumpulin tugas kuliah mepet deadline, cerita liputan festival asia afrika 2016, dan lain sebagainya.

---
Yang ini loh hasil liputannya.. #eh
---

Kenapa latihan pertama kami harus 1 menit? “Reportase itu harus cepat dan tepat, jadi kalo kelamaan pun itu orang males dengerinnya, bosen, jadi intinya itu emang harus informasi,” jelas Kak Dimasta setelah semua peserta mendapat giliran bercerita. Hal ini juga dipengaruhi durasi yang diberikan ketika siaran radio, yang biasanya Live. Kalau terlalu panjang  atau terlalu pendek dari durasinya, format siaran bisa jadi kacau.

Nah berikutnya kami mencoba latihan kedua dengan durasi 2 menit dan harus mengandung informasi. Informasinya seputar 5W1H. Lalu peserta yang lain akan ditanya tentang informasi dalam cerita yang disampaikan. Kalau informasi dalam cerita yang kamu sampaikan menempel diingatan orang lain, berarti cerita yang kamu sampaikan bagus.

Pada latihan kali ini, kebanyakan melanjutkan topik cerita  1 menit sebelumnya. Alhamdulillah, kali ini juga lebih banyak yang tepat waktu.

Babak kedua dari kelas Kak Dimasta ini, kami berlatih menyampaikan informasi menggunakan gambar yang memiliki hitungan detik (Recount Picture). Kalau babak pertama latihannya menggunakan imajinasi dan Teater of Mind. Di Recount Picture gambarnya sudah tersedia. Jadi peserta akan menjelaskan gambar yang dilihat. Setiap gambar akan berpindah dan masih dalam satu tema yang sama. Peserta akan juga berlatih bridging antargambar tersebut.

Sebelum mulai Recount Picture, Kak Dimasta ngasih wejangan dulu nih.

Kendala utama dalam reportase adalah ngga pede (percaya diri). Gimana caranya menghilangkan ketidakpedean ini? “Simpelnya begini, gua waktu itu dikasih duit sama sensei gua...

Ini gua kasih 5 ribu, lo pergi ke Bali.

Pede ga gua? Nggaaa.. 5 ribu gua ga cukup, mau naik kereta aja ga cukup. 5 ribu aja ke Bali ga akan cukup. Ga pede dong gua.

Kenapa? Lo ga pede gua kasih 5 ribu ke Bali?

Ngga

Ya udah nih gua kasih  5 juta, pede ga?

Pede.

Nah itu lah pede. Pede itu adalah modal. Tapi bukan berupa duit modalnya itu. Karena apa yang membuat lo pede karena lo punya apa yang namanya modal, “ cerita Kak Dimasta kepada kami.

Kenapa ketika kamu bercerita ada yang ceritanya lancar, ada yang kurang lancar, ada yang cerita berhenti di tengah jalan? Itu karena kamu ga pede, kamu ga punya modalnya. Kamu ngga tahu mau ngomongin apa. “Gua tahu gua mau ngomongin tokopedia, gua tahu gua mau ngomongin Young Lex, itulah yang namanya modal,” tambah Kak Dimasta mengulas cerita peserta sebelumnya.

Di Reportase modalnya apa?

Pertama, modalnya kalau dari suatu event bisa berupa press release, yang berkaitan 5W1H. Yang kedua, kalo kalian datang ke suatu event itu ada narasumber. Narasumber akan bikin kalian pede. Jadi kalian tinggal tanya aja ke narasumbernya. Yang ketiga, perbendaharaan kata terkait topik yang akan disampaikan. Misalnya untuk latihan ketiga kami dibagi ada yang akan reportase tentang balap sepeda dan arus lalu lintas. Perbendaharaan kata seperti tikungan, hadiah, trek, garis finish, medan yang ekstrim, dan sebagainya akan sangat membantu reportase balap sepeda. Sedangkankan perbendaharaan kata seperti titik kemacetan, jalan arteri, pertigaan, kecelakaan lalu lintas (lakalantas), terpantau ramai lancar, dan sebagainya akan menjadi modal yang bagus untuk reportase arus lalu lintas.

Latihan ketiga kali ini tidak hanya melatih kemampuan bridging dan menceritakan apa yang dilihat dari gambar, tapi juga improvisasi dan berpacu dengan durasi. Karena terburu-buru dan masih kurangnya perbendaharaan kami, kami jadi sering terbata-bata, improvisasi yang ga ada di gambar, bahkan mencetuskan kata-kata yang tak lazim digunakan dalam reportase. Misalnya ada peserta yang mendeskripsikan pelanggaran lalu lintas oleh pengendara sepeda motor yang melintasi jalur busway dengan “... dapat dilihat para pengendara sepeda motor yang tidak senonoh melewati kemacetan di kota Bandung ini...”, sontak kelas penuh tawa karena kata senonoh ini. Hahahaha

Ke-artistik-an tulisan tangan Kak Dimasta hahaha

Babak ketiga dan terakhir dari kelas reportase Kak Dimastaadalah simulasi. Ceritanya para peserta akan berada di suatu event, eventnya bebas tentukan sendiri. Ceritanya Kak Dimasta lagi ada di studio Ardan, lalu para peserta berpasangan akan menjadi reporternya untuk memberikan laporannya dari suatu event. Kami dikasih template berisi Opening menggunakan caller ID Ardan, 5W1H untuk isi yang menyesuaikan dengan event yang diambil, dan Closing untuk mengajak pendengar datang ke event tersebut lalu mengembalikan siaran ke studio.

Di babak ketiga ini aku sama partner reporterku, Ninis, memilih untuk melaporkan event walk-in interview sebuah bank. Hahahaha.. Agak ga biasa sih walk-in interview ada reportasenya.. Tapi karena diburu-buru waktu persiapan dan Ninisnya ngga terlalu bisa event yang aku saranin (event Kpop soalnya haha), jadilah si walk-in interview ini. Gimana blebet dan improvisasi kami ketika simulasi reportase ini? Check this out!



Dari kelas yang berdurasi hampir 3 jam ini, aku kagum banget sama Kak Dimasta, terutama pas simulasi. Apapun event yang kami pilih untuk reportase, doi selalu bisa ngasih bridging yang enak dari siaran di studio ke para reporter. Jelas banget jam terbang siarannya udah "tumpeh-tumpeh". Misalnya aja yang reportase aku nih, dari lagunya Isyana Sarasvati yang Tetap Dalam Jiwa bisa dibikin bridging “...kalo kamu tetap di situ-situ aja insan muda ya, Cuma berangan-angan dalam jiwa aja pengen cari kerjaan, waduuuh.. kamu jangan sampe dong jadi gabut gitu ya.. sekarang, kita kasih deh satu walk-in interview yang gokil banget.. ini lagi ada dari Bank ###. Kayak gimana serunya? Langsung aja kita dengerin...”
Idola (kanan) dan fans (kiri)
Keren ajah, ya ngga?

Senang banget bisa dapetin pengalaman belajar reportase bareng Kak Dimasta. Ngajarnya enak, ilmunya bermanfaat banget dan ngeresep. Selama ini cuma bisa dengerin pas siaran di Ardan, ngelihat di Instagram, alhamdulilah bisa ketemu dan belajar dari doi. Semoga sukses terus buat Kak Dimasta. Yang baca juga semoga dapat memetik ilmu dan hikmahnya. Cobain deh latihan-latihan yang dikasih Kak Dimasta. Siapa tahu kamu "bermodal" banget buat reportase ^^
How do we remove /? M=1 from Blogspot blog? The best answer.