Berburu Smartphone Budget Terbaik
Assalamualaikum, Good People!
Kita semua pasti punya "pacar" yang satu ini meskipun status hubungan sedang lajang, ya, smartphone alias ponsel. Gadget satu ini pasti selalu menemani mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Yang membangunkan tidur kamu? Ponselmu. Yang nemenin kamu makan? Ponselmu. Yang nemenin kamu kongkow? Ponselmu. Yang nemenin kamu jogging? Ponselmu. Yang nemenin kamu tidur? Juga ponselmu. Ponselmu pacarmu banget lah pokoknya.
Namun suatu ketika setiap hubungan pasti ada akhirnya. Begitu pula hubunganmu dengan ponselmu. Seringkali hubungan ini berakhir karena kamu, bukan dia. Kamu bosan, lihat rumput tetangga lebih hijau, terus ingin yang baru, ingin ponsel yang lebih canggih. Kamu kurang perhatian karena asik dengan Laptopmu, terus ponselmu kesenggol dan jatuh berkecai. Kamu ke pantai, ceroboh, dan ponsel kamu keguyur air laut. Ya semua salah kamu! Contoh yang terakhir adalah pengalaman pribadi saya. hehehe
Jiwa berpetualang saya melangkahkan kaki saya menelusuri Pantai Trikora, Tanjungpinang, September lalu saat liburan. Lalu mata kaki saya tidak mendeteksi adanya batu yang cukup licin hingga akhirnya saya dan pacar saya itu terguyur ombak sejuk. Awalnya saya ketawa-ketawa, tapi kemudian mempertanyakan kondisi pacar saya, Si Manis dan Putih Samsung Galaxy Note 2. Saya mengeceknya dan dia masih bisa senyum dan bilang "aku baik-baik saja" (menyala, maksudnya). Tapi dibalik senyum itu, ada sesuatu yang tidak ia ungkapkan. (Persis kayak pacar beneran, bilangnya nggak apa-apa, ga taunya ada apa-apa)
Setelah melakukan Pertolongan Pertama Pada Ponsel Kebasahaan (P4K), alias mengeringkan secara manual, melepas baterai, dan memeramnya dalam sekotak beras, ponsel saya itu masih dapat hidup, layar, kamera, musik, semua aman. Kecuali SD Card dan SIM Card tak terdeteksi. Kan doi ngambek. Katanya kemaren baik-baik aja. Kzl.
Singkat cerita, saya membawa pacar saya ke Samsung Center di Lantai 3 Istana Bandung Electronic Center (BEC) ditemani sahabat saya, Irma. Setelah menunggu antrean dan nomor saya dipanggil, saya kemudian diregistrasikan oleh customer service-nya (karena pertama kalinya mampir ke Samsung Center) lalu dipersilakan ke bagian teknisinya. Setelah menjelaskan kronologi kondisi pacar saya, kemudian teknisinya menjelaskan bahwa yang terkena adalah bagian IC Connector-nya (saya sempat Googling dan Youtubing juga untuk melihat bagian yang bermasalahnya). Menurutnya ada dua kemungkinan, mungkin bisa dibersihkan saja dari sisa air laut, mungkin juga harus diganti. Saat itu saya pulang dengan sangat senang karena cukup dibersihkan saja dengan biaya Rp99.000, ketimbang menggantinya dengan biaya 200 ribu sekian. Meski sama "pacar" tetap ya perhitungan. Hmm..
Tak dinyana, dua minggu yang lalu SIM Card saya kembali tak terdeteksi. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Saya yakin kali ini tak ada satu zat cairpun yang saya biarkan mendekati pacar saya. Tapi apa daya, ia kembali koma. Akhirnya Minggu, 10 Januari lalu, saya membawanya lagi ke Samsung Center dengan pikiran mungkin ini kejadian yang sama dan bisa diselesaikan dengan cara yang sama. Setelah tiba di meja teknisi Samsung, saya kembali menjelaskan kronologi kejadian ini kemudian.... JDAAR!! Alamaaaak.. Alangkah kagetnya saya mendengar bahwa IC Connector-nya harus diganti. JDAAAAR!!! (lagi) Speechless saya ketika teknisi tersebut menjelaskan bahwa IC Connector untuk Galaxy Note 2 sudah tak diproduksi lagi dan stoknya telah habis.
Saya tidak terima kalau hanya begitu. Kemudian saya minta penjelasan lebih lanjut. Saya baru tahu kalau di Samsung (sepertinya merk lain juga) memproduksi spare part ponselnya maksimal hanya hingga 4 tahun setelah peluncuran ponsel tersebut. Ini menjadi semacam siklus produksi untuk mendukung produksi spare part ponsel keluaran terbaru yang diluncurkan. Logis sih, tapi saya tidak pernah terpikir sejauh itu ketika membeli ponsel.
Ini pengalaman yang sangat berharga. Pacar saya ini sudah menemani saya sejak tahun pertama saya kuliah. Saya ingat kencan pertama kami di sebuah vila di lembang ketika saya dan teman-teman sekelas ilkom B mengadakan perpisahan kelas karena akan berpencar ke jurusan pilihan masing-masing. Banyak hal yang telah kami lalui bersama hingga hampir empat tahun ini. Dia adalah pacar yang tangguh. Meski jatuh beberapa kali dan terkikis karena kunci dan uang koin di kocek, dia bisa memaafkan saya dan terus bersama hingga air laut menguji kesehatannya. Ini juga menguji kesetiaan saya.
Oke, ada yang sudah menyerah dengan analogi ponsel dan pacar ini? ada yang ingin muntah? Hahaha.. Hampura sadayana~
Mau tidak mau akhirnya saya harus memilih. Apakah mau mengorbankan komunikasi dengan keluarga, teman, dan lain-lain, atau mencari pengganti. Saya sadar kala itu saya meminta orangtua untuk membelikan Galaxy Note 2 saat harganya masih tinggi. Mungkin kalau sekarang ibarat hendak meminta Samsung Galaxy Note 4. Kali ini saya tidak mungkin melakukan hal yang serupa. Udah tuwir hey.. Mulai diledekin pengangguran sama bokap.. #curhat
Akhirnya saya Youtubing dengan kata kunci Best Budget Smartphone 2015. Pencarian saya ini mempertemukan saya dengan cukup banyak gadget reviewer ternama baik di Indonesia maupun dunia. Saya juga belajar lebih banyak lagi tentang ponsel, mengetahui merk-merk dengan inovasi apik, hingga dapat mempertimbangkan mana ponsel yang sesuai kebutuhan saya. Ya, sesuai kebutuhan. Kalau mau sesuai keinginan, siapa sih yang ga mau dikasih Galaxy S6 dkk dan Galaxy Note 5? Tapi ya itu, dengan catatan, dikasih, lho ya..
Beberapa Youtuber yang sangat membantu saya dalam memilih ponsel pengganti dengan label Budget Smartphone di antaranya:
Obat Gaptek, LG Magna Review Indonesia : Layar Lengkung di 2,3 Juta
BangRipiu, Review Moto X 2013 Indonesia
Sobat Hape, Hands On OnePlus Two Indonesia
Android Authority, Best Budget Smartphone Under $200
Marques Brownlee (MKBHD), Top 5 Smartphone Under $300 (2015)
Unbox Therapy, New Moto X Review After 3 Months Later
dan masih banyak lagi..
Ada dua ponsel yang pada akhirnya berada pada deretan teratas dari pilihan yang ada dan sesuai dengan budget, Motorola Moto X 2013/ Moto X 2014 dan LG Magna. Spesifikasinya cukup berbeda dan masing-masing memiliki fitur yang menarik perhatian saya. Untuk spesifikasi lengkapnya silakan klik link-nya.
Yang menarik perhatian saya pada Moto X 2013 maupun Moto X 2014 adalah desain Motorola yang cakep banget untuk ponsel ini. Punya fitur gestur yang menurut saya sangat mudah dan terpakai, yakni gestur untuk mengakses kamera dan senter. Serta kemampuan akses Google Now di Moto X yang sangat mudah bahkan saat layar mati. Fitur ini tentu tidak lepas dari kepedulian Google untuk mengembangkan Motorola (seperti Nexus). Sayangnya Google telah menjual murah Motorola kepada Lenovo dan Lenovo tidak berniat melanjutkan atau mengembangkan produk Motorola sebelumnya. Berita lengkapnya dari Android Authority di sini. Jadi, ya, #RIPMotorola.
Yang menjadi tantangannya adalah Moto X yang resmi masuk ke Indonesia hanya Moto X 2013 via Lazada. Sebelumnya sempat ada Pre-Order namun kalau ketinggalan hanya dapat yang versi 2013. Lalu dari semua review yang saya baca, kemungkinan yang saya dapatkan tidak semulus membeli ponsel baru lainnya. Ada yang berkomentar kabel chargernya harus beli lagi, tidak dapat headset, dan sebagainya. Teliti punya teliti, Moto X yang ada di Lazada bukan ditangani langsung oleh Lazada tapi dari distributor. Selidik punya selidik lagi, saya menemukan beberapa tulisan tentang reputasi kedua toko tersebut di Google (maaf, cari sendiri ya) yang akhirnya membuat saya ragu.
Selanjutnya saya mempertimbangkan pula kemudahan mendapatkan aksesoris, charger, lalala yeyeye lainnya untuk Moto X dan ternyata cukup sulit di Indonesia. Memang sesuai tujuan pasarnya, akan lebih asik dan mudah menjadi pengguna Moto X jika saya berada di United States. Saking langkanya produk ini, di Kaskus bahkan ada lapak untuk menitip pesan. Jadi si empunya lapak atau keluarganya akan ke US, yang mau titip beli bisa ke pemilik lapak. Luar biasaaa! Tapi ya gitu, kalau beli dari US langsung mungkin kamu bisa dapat garansi US (tetap aja kalau kenapa-kenapa ponselmu, kamu harus ke US juga) atau tidak dapat garansi sama sekali, atau kalau dapat dari Lazada dapat garansi distributor (yang mana distributornya di Yogyakarta). Di Bandung? Kata Google sih ada service center Motorola di BEC, kemarin saya cek, nggak ada tuh. Banyak yang bilang udah bangkrut malah katanya Motorola Indonesia. Tapi beberapa counter non resmi mengaku menerima perbaikan ponsel Motorola. Lah, itu dapat spare part-nya dari mana ya? Penasaran...
Yah, perjalanan cinta saya dengan Moto X tampaknya sangat tidak mulus. Ibarat cinta beda agama. Oke, skip.
Kemudian saya mencari, mencari, dan mencari. Saya mempertimbangkan spesifikasi ponsel, ketersediaan service center, reputasi service center, kemudahan memperoleh pernak-pernik ponsel, hingga si penjual ponselnya. Yang terakhir ini lucu banget. Jadi saya mampir ke sebuah toko di BEC Bandung, tokonya menawarkan saya ponsel A, setelah menjelaskan panjang lebar dia bilang dia dan teman-temannya setoko juga pake ponsel tersebut. Terus ketika saya minta kontak yang bisa dihubungi kalau jadi beli, dia mengeluarkan ponselnya yang bukan ponsel A. Hmmm.. Mulut sales ya.. mau pakai teknik persuasi bandwagon kepada anak komunikasi? Eits sebentar, saya tahu yang Anda lakukan hehehe.. Anda mungkin udah berafiliasi dengan merk tersebut jadi gencar banget, meskipun saya sudah bilang budget saya tidak sesuai tawaran Anda.
Saya lalu mampir ke toko yang lain, yang menjual berbagai merk ponsel. Seperti kebanyakan sales ponsel di BEC, seorang sales dari toko itu berkata "Boleh kakak hapenyaa...Lihat dulu aja kakak, tanya-tanya dulu boleh..", terus teman di sebelahnya ikut menimpali ga kalah heboh. Saya yang sudah mengerti permainan komunikasi ini mencoba iseng bermain dengan mereka. "Emm.. mbak kalau OnePlus One atau Moto X ada?" Langsung mas dan mbak sales toko itu menjawab bersahut-sahutan "Ada kak, ada, ada.. boleh lihat-lihat dulu.." Dalam hati saya tertawa, saya sudah tahu produk itu ga mungkin dijual baru di BEC. Yah, iseng aja. Setelah mendekat, mereka mulai saling tanya, tapi tidak ada yang tahu. Bahkan mbaknya balik bertanya, OnePlus itu merk atau seri ponsel ya? hahaha. Setelah mereka kecewa (kok malah mereka yang kecewa ya? haha) akhirnya saya berlalu ke toko selanjutnya.
Sebelumnya saya sudah Googling dan Youtubing tentang produk LG berdasarkan kriteria-kriteria saya sebelumnya. Yang paling menarik dari produknya adalah adanya layar lengkung atau curve dan tombol on-off serta volume khasnya yang terlekak di belakang, di bawah lensa kamera. Mirip Moto X! (Maksa sih cuman karena di Moto X ada cekungan di bawah kameranya). Jadi setelah "bermain" dengan mas dan mbak di toko sebelumnya, saya mencoba mencari display ponsel LG di BEC.
Sampailah saya pada toko selanjutnya dan bertemu mas-mas yang sok cool abis. Well, saya menemukan setidaknya ada 6 jenis mas-mas di toko-toko BEC. Yang sok cool, sok asik, newbie (masih nanya rekan yang lain dulu untuk spesifikasi dan harga), irit kata/pendiam/pemalu (bahkan terkesan ga niat jualan), feminin (rempong capcus cyiin abis), dan yang profesional. Nah mas-mas yang sok cool ini menawarkan LG Magna yang lagi laris (kata dia sih) dan ada promo. Nah ulasan LG Magna dari Obat Gaptek sangat membantu saya menilai produk ini secara langsung.
Setelah bertanya ini-itu hingga produknya dapat dari mana (disebutin tiga distributor LG di Indonesia dan lokasinya di mana aja di Bandung, tapi saya ga ingat hahaha), lalu saya minta pegang barang display-nya. Dia lalu kasih saya dummy LG Magna dan mengeluarkan ponselnya sendiri LG G3 (Kalo ga salah), terangnya dalaman kedua ponsel itu sama dengan perbedaan sasaran pasar jadi ada beberapa spesifikasi yang dipangkas. Dia bahkan membolehkan saya membuka galeri untuk menilai kualitas layar dan kamera.
Ini poin penting menurut saya, seorang penjual yang menggunakan produk jualannya bukan lagi sekadar seorang sales tapi sekaligus seorang user. Saya pun mulai bertanya-tanya tentang user experience dia selama menggunakan LG. Lalu setelah disebutkan harganya yang sedang promo dan dapat bonus pula, ujung-ujungnya, saya gantung. Hahaha.. Saya bilang akan saya beli minggu depan kalau masih harga promo. Setelah minta kontaknya, saya berlanjut ke toko berikutnya. Hal ini saya lakukan untuk mendapatkan perbandingan harga dan bonus-bonus dari toko lain hehehe. Tapi dalam hati dan pikiran saya sudah punya pilihan,
Setelah menunaikan shalat magrib dan makan, saya menghubungi orangtua untuk meminta restu. Lampu hijau diberikan, saya langsung menuju toko mas-mas sok cool tadi. Saya masuk dari gedung 2 BEC dan kebetulan bisa mampir ke satu gerai lagi untuk perbandingan. Kali ini saya disambut ramah dengan Mas Ega. Mas Ega ini tipe yang keenam dari enam tipe yang saya sebutkan sebelumnya. Selain mengkonfirmasi informasi yang saya terima di internet dan toko sebelumnya, saya terkesima ketika Mas Ega menunjukan dua ponselnya yang sama-sama merk LG dan itu tipe jadul malah. Yes!! I got another user experience!! Singkat cerita dari obrolan kami akhirnya saya memutuskan untuk membeli dari gerai Mas Ega. Dari percakapan kami, Mas Ega sangat menguasai spesifikasi produk, memberikan pengalaman pengguna, dan tidak muluk-muluk membagus-baguskan LG. Orangnya customer-oriented banget dan mampu membangun kepercayaan. Komunikasinya enak banget, best of the best dari sales toko-toko yang sudah saya hampiri. Semua kriteria saya terpenuhi.
Akhirnya saya memutuskan untuk meminang Si Seksi LG Magna. Karena ada promo, saya mendapatkannya di harga Rp1.799.000 sebagai mahar dari harga awal 2 juta sekian. Sejak hari pertama ada dua fitur yang bikin saya ketagihan. Simpel tapi berguna banget. Double Tap untuk on dan off di layar dan jendela intip di atas layar untuk melihat jam, baterai, serta notifikasi tanpa harus menyalakan seluruh layar. Sesuatu yang tak ada di Galaxy Note 2.
![]() |
Karena pacar lama saya masih sadar, ia kini menjadi teman multimedia saya. Mendengarkan musik, main game, nonton video, fotografi masih sering saya lakukan bersamanya. Baterai 4500 mAh tetap menjadi poin terbaik darinya. Ia bisa bertahan tiga hari tanpa di-charge setelah tidak pernah lagi aktif paket data. Luar biasaaa.. dan yang lebih luar biasa lagi adalah dengan baterai 2540 mAh LG Magna bisa melakukan hal yang sama!! Nggak paham lagi apa sebenarnya yang dilakukan LG sehingga bisa awet gitu baterainya dan sisa RAM 1GB-nya masih amat lega meski multi tasking dan berjalan di sistem Android Lollipop.
Pesan Moral,
Kalau punya pacar, jaga baik-baik. Jangan pernah percaya kalau dia bilang dia baik-baik saja. Kalau mau dapat pacar yang pintar, kamu harus lebih pintar. Ingat, kamu yang selalu salah! #eh
Yaaasss memang ponsel pasaran harga bersahabat seperti Samsung Galaxy J5, Galaxy J1 Ace, Xiaomi Mi4i, Asus Zenfone 2, Lenovo Vibe P70, dkk, punya spesifikasi lebih tinggilah, paling larislah, anulah, itulah. You name it. Tapi saya sudah lelah dengan informasi dan review dari produk-produk itu. Ponsel yang jarang dimiliki di Indonesia (saat ini) seperti OnePlus dan Motorola juga luar biasa menarik dan bisa bikin berasa lebih keren dari pengguna Galaxy Note 5 yang mulai menjamur. Tapi coba pertimbangkan jangka panjangnya. Tetap saja cutomer service yang profesional, mudah diakses, dan mudah ditemukan di berbagai daerah tetap penting. Jangan sampai gara-gara nila setitik, masuk ponsel ke tong sampah.
Bang Mamat membuat acar
Acar dibajak dengan si sambal
Ayo cermat memilih pacar
Agar kelak tiada menyesal
Tulis Komentar