Digital Native vs Digital Immigrant
Ada istilah baru nih yang kuterima saat kuliah hari ini.. yakni Digital Native dan Digital Immigrant.
Apakah itu?
Dosen Pengantar Ilmu Jurnalistik saya sedang bercerita tentang perkembangan media beberapa hari lalu. Lantas istilah-istilah asing tersebut beliau cetuskan sembari menunjuk kami, mahasiswanya, saat menjelaskan Digital Native dan menunjuk diri beliau, saat menjelaskan Digital Immigrant.
Kira-kira udah ketebak belum? 
Digital Native adalah generasi yang lahir di masa ketika perkembangan teknologi digital berlangsung. Ciri-ciri generasi ini adalah tidak kikuk dan mudahnya mengoperasikan aneka gadget masa kini walau baru pertama kali menggunakannya, lebih melek media, suka berkelompok sosial di dunia maya, dan suka meng-update informasi tentang gadget maupun meng-upgrade gadget yang dimiliki. Generasi angkatan lahir tahun 1994 masih termasuk 
Sedangkan Digital Immigrant adalah generasi yang pernah hidup di masa ketika teknologi belum berkembang lalu kemudian mengikuti masa perkembangannya hingga sekarang. Umumnya mereka perlu belajar terlebih dahulu dan tidak selalu mudah mempelajari perkembangan gadget-gadget masa kini. Ciri-ciri umum lainnya adalah lebih mengutamakan fungsi dasar, misalnya ponsel hanya untuk bertelefon dan sms sedangkan fitur lain tidak terlalu dioptimalisasikan meski ponsel tersebut ponsel pintar, sebagian besar perlu adaptasi lebih dari sehari dalam menggunakan gadget baru, belum melek media, tidak terlalu peduli dunia maya, dan Digital Nativer adalah salah satu pemandu mereka dalam belajar gadget. Angkatan lahir orangtua saya dan orangtua mereka jelas termasuk Digital Immigrant.
Sumber: here |
Kenapa istilah ini sampai muncul?
Realitas menunjukkan, anak-anak zaman sekarang sudah sangat dekat dengan dunia digital bahkan sejak usia dini. Anak berusia 6 tahun, mungkin ada yang lebih muda, sudah menggenggam si ponsel pintar, baik BB maupun smartphone lainnya. Tidak jauh dari kisaran usia tersebut, anak sudah ada yang mahir berkomputer dan berinternet. Gadget Tab juga tidak segan berkenalan dengan mereka. Reaksinya bagaimana? Sejak sentuhan pertama, mereka sudah asyik dan mahir mengoperasikan gadget-gadget tersebut. Dengan ketertarikan dan keinginan mencoba yang mereka miliki, gadget-gadget tersebut sangat mudah akrab dengan mereka. Bagaimana dengan generasi orangtua dan kakek-nenek kita? Terpampang nyata jawabannya 
Meski sebagian besar orangtua saat ini adalah digital immigrant, namun tidak boleh kalah canggih dan kalah tegas dari anaknya. Bagaimana bila penguasaan berbagai media dan gadget anak lepas dari pengawasan orangtua? Efek samping dari perkembangan teknologi tentu akan menerpa sang anak dan dapat berpengaruh pada perkembangan dirinya. Nah, bagi kamu para digital native, bijaklah dalam bermedia. Hidup sehatlah dalam dunia serba digital ini. Semoga perkembangan digital mengarahkan kita pada perkembangan yang positif untuk menjadi manusia-manusia digital yang produktif-konstruktif terhadap perkembangan bangsa dan negara Indonesia.. Okey? 
Setelah Homo Sapiens muncul Homo Digitalicus sumber: here |
Tulis Komentar